Pesan Inspiratif dari Widia Nur Guru MAN Paluta
Widia Nur seorang Guru Al-Qur'an Hadis di MAN Padang Lawas Utara disela-sela kesibukannya sebagai seorang guru, Ibu Guru yang kerap disapa "Bu Widi" ini memberikan pesannya kepada seluruh elemen madrasah melalui tulisannya
Widia Nur, S.Pd.I. Menyampaikan Pesannya Pada Upacara Bendera di MAN Paluta
Gunungtua (Humas), Widia Nur seorang Guru Al-Qur'an Hadis di MAN Padang Lawas Utara disela-sela kesibukannya sebagai seorang guru, Ibu Guru yang kerap disapa "Bu Widi" ini memberikan pesannya kepada seluruh elemen madrasah melalui tulisannya. Tulisan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lisan dan perbuatan, selain menulis artikel ini, pesan ini juga pernah disampaikan di kesempatannya saat menjadi Pembina Upacara pada Upacar Bendera. Senin (24/02)
Namun melalui artikel ini, Widia berharap semakin banyak orang yang membaca pesan ini dan berharap artikel ini dapat menjadi ladang amal serta sumber kebaikan untuk sesama.
Pada pesannya kali ini Widia Nur menganalogikan ucapan kita seperti Kertas Putih. Kertas putih yang masih halus diremas-remas. Sedikit demi sedikit, sampai akhirnya seluruh bagian kertas itu teremas dan tergulung seperti bentuk bola. Sesaat kemudian, remasan atau gulungan kertas itu dibuka, coba dikembalikan ke bentuk awalnya, yaitu lembaran kertas.
Bisakah kertas itu kembali menjadi bentuk lembaran? Bisa. Akan tetapi, apakah lembaran itu dapat kembali putih mulus seperti semula? Tentu saja tidak. Jejak-jejak remasan akan tetap tertinggal. Tidak segampang itu dihilangkan. Bahkan dengan usaha maksimal pun, misalnya dengan menyetrika kertas tersebut, hasilnya tidak akan semulus kondisi awal. Bekas kotoran dan kerutannya akan tetap tampak.
Peragaan dengan media kertas itu sering dipakai untuk menggambarkan betapa jahatnya perundungan (bullying), terutama terhadap anak-anak di Madrasah. Dampak dan akibatnya, tanpa kita sadari, sangat dahsyat. Sekali, apalagi kalau berkali-kali, anak jadi korban perundungan, jejak lukanya akan terus membekas.
Ketika sudah timbul rasa dendam, apa pun bisa terjadi karena dendam berjarak sangat dekat dengan kekerasan dan kejahatan. Seperti dikatakan filsuf asal Inggris, Simon Critchley (2011). "Balas dendam adalah suatu hasrat untuk membalas suatu luka ataupun kesalahan yang diciptakan orang lain, dan seringkali dengan jalan kekerasan.”
"Tiada hentinya kita mengingatkan kepada anak didik kita betapa pentingnya budi pekerti apalagi dalam bertutur kata yang sopan terhadap orang yang lebih tua dari pada kita. Terutama kepada orang tua dan guru, serta kepada sesame teman. Mulai Sekarang Stop bullying di antara teman-teman sekolah, bullying adalah perbuatan yang tidak baik dan harus dihindari," ungkapnya.
Sebelum menutup amanatnya, Widia Nur mengutip sebuah hadis tentang menjaga lisan (berkata yang baik) "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik). (HR: al-Bukhari dan Muslim).” Pungkas Widia Nur. (CZR)